Mengenal Gelang Jemaah Haji, Produk Asli Indonesia
By Abdi Satria
nusakini.com-Arab Saudi-Ribuan jemaah haji di Arab Saudi secara kasat mata sama, tidak ada yang mencolok. Namun jika jeli, ada kekhasan untuk jemaah haji asal Indoensia, yaitu memakai gelang berbahan logam.
Gelang tersebut menyimpan banyak informasi. Sebab, pada gelang buatan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia itu ada lambang bendera merah putih, dan ada tulisan arab yang artinya Jemaah Haji Indonesia. Selain itu, ada keterangan sebagai jemaah kloter atupun non kloter. Ada juga keterangan nomor paspor dan nama jemaah yang ditulis langsung di logam dengan cara digrafir atau diukir.
Sekretaris Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, M Noer Alya Fitra, mengatakan, gelang identitas sudah ada sejak lama, serta telah menjadi ciri khas jemaah dan petugas haji Indonesia. Negara lain tidak ada yang menggunakan gelang logam.
"Gelang yang dipakai jamaah itu berisi identitasnya. Karena kita ketahui kebanyakan jamaah kita dari daerah dan pelosok, sehingga untuk memegang dokumen selain yang menempel didirinya itu bisa jadi hilang, lupa, atau terselip," ujarnya kepada tim Media Center Haji (MCH) di Kantor Urusan Haji Konsulat Jenderal (KUH KJRI) Jeddah, Sabtu (26/6/2022).
Dijelaskan Nafit, panggilan akrabnya, gelang jemaah haji terbuat dari logam agar tetap awet walaupun terkena air, cahaya, dan kepanasan. Sehingga gelang tetap dipakai dan jemaah lebih mudah dikenali.
"Contoh jemaah meninggal karena mungkin suatu hal itu, kita gampang menganalisisnya dengan melihat gelangnya. Digelang itu tercantum nama, nomor pasport, nomor kloter dan bendera Indonesia," ungkapnya.
Bahkan, lanjut Alumni Universitas Negeri Jember itu, bagi pemerintah Arab Saudi juga mudah mengenali ketika melihat nomor pasport di gelang. Sebab, bisa langsung dicek pada sistem mereka dan akan langsung keluar nama jemaah yang bersangkutan.
Diungkapkan Nafit, saat ini gelang dibuat dengan sistem bisa mengunci, agar tidak bisa lepas dari tangan jemaah saat terjadi hal-hal darurat. Sebab, lanjutnya lagi, bahwa hal ini belajar dari kejadian di Mina pada tahun 2015 silam, banyak korban yang gelangnya terlepas dan sulit diidentifikasi.
"Maka setelah tahun 2016 dibuat gelang yang lebih baik, yang ada kuncinya. Diberi pengait untuk lebih menjamin gelang itu tidak lepas ketika ada guncangan-guncangan dan sebagainya," pungkas alumni Fakultas Ekonomi ini. (rls)